Latar Belakang
Industri
alas kaki atau footwear Industry di Indonesia merupakan salah satu jenis
industri yang mempunyai peranan cukup penting. Industri alas kaki termasuk
dalam klasifikasi industri padat karya sehingga dapat dijadikan unggulan dalam
penyerapan tenaga kerja dan pemasokan devisa. Jumlah pabrik alas kaki Indonesia
mulai bertumbuh dengan pesat pada tahun 1991. Jumlah perusahaan pada saat itu
berjumlah 259 yang memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan
industri alas kaki nasional. Kelompok industri alas kaki ini dapat bersaing
dengan kelompok industri lain dengan memberikan keuntungan yang didukung oleh
upah tenaga kerja yang murah serta bahan baku yang cukup melimpah. Industri
sepatu merupakan salah satu jenis industri bisa diandalkan di pasar dunia
karena jenis industri ini mempunyai keunggulan komparatif dari murahnya tenaga
kerja di Indonesia.
Restrukturisasi Industri
Akibat iklim investasi di
Indonesia kurang kondusif sejak krisis ekonomi, para pemegang merek seperti
Nike, Reebok, Adidas dan merek lain mengalihkan ordernya ke negara lain seperti
Vietnam dan China. Kondisi ini tentu menjadikan industri sepatu nasional dalam
bayang-bayang kesuraman. Padahal, jenis industri ini sejalan dengan strategi
industrialisasi di Indonesia yang masih bertumpu pada keunggulan komparatif.
Masihkah ada peluang bagi
industri sepatu untuk tetap bercokol di Indonesia?
Peluang tetap masih ada.
Mengingat Vietnam dan China sebagai raksasa produksi sepatu dunia sekarang
sedang mendapatkan sanksi dari komisi Uni Eropa akibat kedua negara tersebut
melakukan kebijakan dumping terhadap ekspor produk sepatu pada 2012. Akibat
kebijakan dumping tersebut kedua negara tersebut dikenakan penetapan bea masuk
antidumping. Kebijakan ini membuka peluang bagi produsen sepatu di Indonesia
untuk memasuki pasar Eropa Oleh sebab itu, pemerintah harus responsif.
Pemerintah bersama Aprisindo harus melakukan dialog yang intensif terhadap para
prinsipal pemegang merek sepatu dunia untuk kembali mengalihkan ordernya ke
Indonesia. Kesempatan ini terbuka lebar setelah kedua produsen raksasa sepatu
dunia ini mendapatkan sanksi dari Uni Eropa dan semakin membaiknya perekonomian
dan iklim investasi di Indonesia.
Pemerintah Pacu Perkembangan Industri Alas Kaki
pemerintah
memacu pertumbuhan dan perkembangan industri alas kaki dalam negeri karena
mampu menyerap tenaga kerja massal sekaligus dapat mendongkrak ekspor dan
persaingan pasar sepatu produk nasional di pasar global. Pemerintah juga memacu
industri padat karya lainnya yaitu industri tekstil dan makanan-minuman.
Menteri
Perindustrian Saleh Husin di Banten, Senin (5/10) mengatakan hal tersebut
membuktikan bahwa pemerintah ingin industri padat karya yang mempekerjakan
tenaga kerja dalam jumlah besar ini terus berkembang. Hal ini disampaikan dalam
acara peluncuran program Investasi Padat Karya untuk Penyerapan Tenaga Kerja
Indonesia.
Berdasarkan
catatan Kementerian Perindustrian, penciptaan devisa oleh industri alas kaki
sebesar 4,11 milar dollar AS atau 2,33 persen dari total ekspor nasional pada
tahun 2014. Dari sisi lapangan kerja, industri ini menyumbang lapangan Kerja
sebanyak 643 ribu orang yang setara dengan 4,21 persen dari tenaga Kerja
industri manufaktur.
Revolusi Industry
Revolusi
industri adalah perubahan besar dalam memproduksi barang yang dulunya
dikerjakan dengan tangan (tenaga manusia) menjadi dikerjakan dengan mesin
(tenaga mesin).
Revolusi
Industri merupakan perubahan besar, secara cepat, dan radikal yang mempengaruhi
kehidupan corak manusia sering disebut revolusi. Istilah revolusi biasanya
digunakan dalam melihat perubahan politik atau sistem pemerintahan. Namun,
Revolusi Industri di Inggris pada hakikatnya adalah perubahan dalam cara
pembuatan barang-barang yang semula dikerjakan dengan tangan (tenaga manusia)
kemudian digantikan dengan tenaga mesin. Dengan demikian, barang-barang dapat
dihasilkan dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif singkat.
Kelebihan dan Kekurangan Mengunakan Tenaga Mesin
v Kelebihan Mesin adalah :
- Mempunyai sifat relatif
lebih stabil- Dapat diatur dengan baik berdasarkan kebutuhan
- Dapat melakukan pekerjaan rutin / massal dengan standar
- Dapat melakukan kalkulasi dengan cepat
v Kekurangan Mesin adalah :
- Tidak daat melakukan
koreksi- Tidak dapat melakukan pengembangan sendiri (terbatas pada data yg tersimpan)
- Tidak dapat menerima beban lebih (Overload) maka akan rusak tiba-tiba.
Keuntungan menggunakan tenaga mesin dibandingkan
tenaga manusia
Dalam
hal bisnis, tentu perusahaan mengingikan keuntungan. Karena ujung dari suatu
bisnis itu adalah berapa keuntungan yang didapat. Begitu pula dengan perusahaan
alas kaki, tentu mempunyai alasan, perhitungan keuntungan dan kerugian
menggunakan tenaga mesin dibanding tenaga manusia.
Sebelumnya
telah dijelaskan perbedaan antara manusia dan mesin, perbedaan yang sangat
mudah diketahui yaitu kecepatan. Mesin lebih cepat dari manusia, kecepatan
menentukan produk yang dihasilkan dan pengaruhnya pada biaya produksi yang
harus dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan alas kaki.
Penggunaan
mesin akan mempercepat produksi sehingga lebih efisien berkaitan dengan biaya
produksi yang dikeluarkan. Apalagi saat ini kebutuhan alas kaki di dunia
semakin meningkat, apabila Indonesia tidak bisa melihat peluang tersebut untuk
memenuhi kebutuhan alas kaki pasar dunia maka peluang tersebut bisa saja
diambil oleh negara lain yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut.
Kecepatan
inilah yang tidak didapat pada tenaga manusia, sehingga perusahaan alas kaki
lebih efisien dan efektif menggunakan mesin untuk menghasilkan produk alas kaki
lebih banyak.
Kelebihan Pegawai Muda dengan Pegawai Berumur
- Mempunyai kemampuan fisik dan daya fikir dengan baik
- lebih mudah diarahkan dan dibimbing dibandingkan dengan para pekerja berumur yang merasa sudah serba bisa.
- Mempunyai semangat belajar yang tinggi
- memiliki kemampuan teknologi lebih canggih terutama dengan alat dan aplikasi teknologi terbaru
- Pengetahuan dan wawasan yang masih segar
- Berani mengambil resiko


Tidak ada komentar:
Posting Komentar